inilah 5 Potret kesederhanaan tokoh nasional Indonesia, inspiratif banget deh..!! rugi gak baca.




5 tokoh nasional yang memilih hidup sederhana
5 tokoh nasional yang memilih hidup sederhana

Kesederhanaan tampaknya menjadi barang mahal bagi orang-orang yang punya posisi penting. Ketika ada publik figur yang menampakkan kesederhanan di ruang publik maka akan menjadi pembicaraan yang dipenuhi pujian. Seolah masyarakat kita begitu mendambakan pemimpin-pemimpin yang merakyat.

Indonesia sebenarya memiliki beberapa pemimpin yang memberikan teladan kesederhanaan. Mereka menganggap amanah kepemimpinan dan keteladanan adalah sesuatu yang beriringan. Meski hal itu masih banyak yang belum terekspos. Nah, berikut 5 potret kesederhanaan tokoh nasional dihimpun dari berbagai sumber, Selasa (7/2).

1. Mohammad Hatta

Ada banyak kesederhanaan yang dipraktikkan wakil presiden pertama Republik Indnoesia ini. Bung Hatta pernah menyatakan jika berpulang tak ingin dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Keberangkatannya ke Tanah Suci juga tidak memanfaatkan fasilitas negara, melainkan hasil menabung dari honor menulis buku.

2. Baharuddin Lopa

Dia adalah menteri kehakiman dan HAM pada era Presiden Abdurrahman Wahid. Dalam buku Siapa Baharuddin Lopa, dikisahkan bahwa pria asal Polewali Mandar ini membelikan cucunya sebuah mainan anak-anak yang harganya Rp 7.500.

3. Sutami

Dia adalah menteri pekerjaan umum pada era Presiden Soekarno dan Soeharto. Rumahnya dibeli dengan cara mencicil dan baru lunas menjelang pensiun pada 1978.

4. Mohammad Natsir

Dia adalah Perdana Menteri Indonesia ke-5. Sebelumnya dia menjabat sebagai menteri penerbangan. Meski begitu dia ternyata kerap mengenakan pakaian tambalan.

5. Ahmad Syafii Maarif

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ke-13 ini tak pernah bersedia menerima tawaran dari para mahasiswa untuk membawakan buku-bukunya sebelum dan sesudah mengisi kuliah. Dia memilih menenteng sendiri bahan ajarnya. Belum lama, dia juga terlihat bersepeda menuju lokasi bedah buku 'Marhaenis Muhammadiyah' yang mana dia menulis pengantarnya.